3 Hari Untuk Selamanya (f’s ver)

f.
6 min readApr 20, 2022

--

Memori dalam bentuk foto dan memoir super singkat dalam upaya merangkum perjalanan (ala-ala) 3 Hari Untuk Selamanya,,,,,versiku. (terlihat bahwa inisial namaku adalah “f”)

di kereta

Potret 1: di kereta ekonomi Dhoho-Penataran

Cukup 15 ribu untuk Kertosono-Malang. Ciri kereta gerbong ekonomi (selama pengalamanku) adalah manusia-manusia yang beragam. Banyak yang capek, anak menangis, tawa paling telanjang, orang transit, tidak jarang mengingatkan akan kesenjangan struktural.

Stasiun Malang Kota Baru

Potret 2: sampai di Malang

Ini sekitar pukul 6, setelah keretaku sampai di Stasiun Malang Kota Baru pukul 5 (moga ga salah), lalu sembayang dan makan soto di seberang stasiun. Warteg Über alles, nasinya banyak banget fren. Di seberang stasiun ada warung-warung yang sangat lantang nawarin makanan ke pengunjung dengan harga relatif murah menurutku. 15 ribu-an sudah seporsi soto.

Stasiun ini menyimpan banyak kenangan ya wkwkw, pernah ketinggalan kereta sama temankuu.

Bobobox

Potret 3: tempat menginap (di Bobobox)

Aku datang ketika bukan musim libur. Bobobox sedang sepi (aku ngga tau kalau musim libur bagaimana). Seperti merasakan hidup di lingkungan komunal. Kamarnyaa aku pesan untuk yang satu orang, seperti kasur tingkat, tetapi dipisah (bisa dicek seperti apa). Dilengkapi fasilitas yang modern, serba digital. Ada lampu ajojing mode, ambience sound suara hutan-hujan-laut. Kamar mandinya di luar, banyak, dan nyaman. Ada free space untuk merokok, makan, disediakan pantry dan air dispenser.

kabut bromo

Potret 4: Bromo Sunrise Berkabut

Aku ikut open trip ke Bromo. 250 ribu sudah all-in dijemput di tempat masing-masing. Ke Bromo-nya naik jeep. Ini di Sunrise viewpoint. Pagi itu, matahari ditutupi kabut, samar-samar sinar menyelinap di antara pohon-pohon. Dingin sekali. Sebelum mencapai sunrise viewpoint, harus melewati medan yang seru sekalii lalu menghangatkan diri di warung. Biasanya disediakan arang (aduh aku gatau namanya) untuk menghangatkan. Waktu itu aku seperti third-wheeling pasangan seusiaku deh….mereka kayaknya lagi kasmaran…..

belum terlalu pagi

Potret 5: Bromo dan Bathok

Kalau ingat biasanya ada kalender yang menggunakan foto tampak atas Gunung Bromo dan Gunung Bathok, nah, dari sunrise viewpoint ini kelihatan seperti itu. real. makanya lebih bagus kalau lihat langsung pakai mata. hehehe.

daisy

Potret 6: Daisy di Sepanjang Jalan

Cantik sekali…

turun

Potret 7: Turun dari Sunrise Viewpoint

Dingin banget, ini menuju jeep untuk ke wilayah Bromo. Pemandangan kanan-kiri sepanjang jalan sangat memanjakan mata. Hijau, cemara, nggak terlalu ramai, boleh naik ke atas Jeep.

Gunung Bathok
semangat pak
bukit teletubbies

Potret 8–9–10: Menjelajah Bromo dan Sekitarnya

Banyak tempat yang dikunjungi. Semuanya indah, tetapi aku justru kurang suka di wilayah Pasir Bromo-nya…karena bau tai kuda…… untuk mencapai Bromo bisa menunggangi kuda, bisa juga jalan. aku ngga naik karena sudah pernah. kali ini aku nunggu aja di jeep sambil lihatin orang-orang.

sebelum ke Bromo, ke Bukit Widodaren. Di sini internet lancar, sepi, udara dingin, ngga panas seperti di Bromo-nya, lalu berfoto di atas jeep. Kata bapak sopir jeep, Bromo ini dikelilingi bukit-bukit. salah satunya ya Bukit Widodaren.

setelah ke Bromo, ke Pasir Berbisik. Wilayahnya Dian Sastro syuting bareng Christine Hakim. Wah, jujur banget aku nggak dengar pasirnya berbisik…tapi semacam…anginnya bikin si pasir terbang, tetapi nggak yang brutal. lembut aja. jadi waktu berjalan di sana dan semi-bengong kayak…ala-ala….mikirin idup???

Bukit Teletubbies menjadi spot terakhir, sekaligus spot paling potensial untuk ala-ala 5 cm hehe. W mau cosplay rania-esque tapi keburu mager. Seriusan indah banget. Bukit Teletubbies ini bukit savanna. ada jalan yang membentang di antara padang savanna tersebut, kami lewat, rasanya kayak di set film the wind will carry us.

Di Bromo ini, bukti bahwa Tuhan Maha Segalanya, termasuk Maha Asyik dan Estetik…

ronde titoni
best ronde i’ve ever tried

Potret 11–12: Menjadi Ronde Hunter

Sepulang dari Bromo, aku tidur lama banget. Malamnya ngide ke Ronde Titoni yang legendaris itu. Aku memesan ronde basah. Definitely the best ronde i’ve ever tried. Isiannya banyak, nggak kerasa “aneh”, gula merah sama kacangnya dabomb, kenyal, porsi banyak, mantap. Dari Bobobox, aku jalan kurang lebih 10 menit malam-malam…toko-toko sudah tutup, jalanan mulai gelap, tunawisma mulai tidur, merebahkan diri dari hari yang memaki.

Museum Musik Indonesia

Potret 13–14–15–16: Hidden Museum

Mungkin mereka nggak berniat untuk menjadi tersembunyi, tetapi faktanya begitu. Museum Musik Indonesia, menurut beberapa orang hanya terkenal di kalangan orang ngerti musik saja. Bahkan, gojek yang aku pesan waktu pulang juga ngga tahu lokasinya di mana. Aku baru tahu eksistensi museum ini waktu nyari di mana bisa mendengarkan vinyl di Malang. Ternyata, waktu ke sini, bertepatan dengan Hari Musik Nasional. Awalnya kukira sendirian, makin lama makin banyak dari media yang datang.

Bisa dicari lebih lanjut, museum ini salah satu dengan koleksi terlengkap. Diinisiasi oleh seseorang yang memiliki minat tinggi untuk mencurahkan “dirinya”. Letaknya di lantai 2 bekas gedung, ngga terlalu luas, tapi ya ituuu lengkap banget segala alat musik ada, baik tradisional maupun modern. Koleksi kaset, piringan hitam, dan penyanyi-penyanyi lawas yang mungkin gaakan bisa ditemukan di youtube.

Aku disambut oleh Penjaga museum namanya Pak Usman, beliau ramah sekaliii, sangat membantu, banyak bercerita jugaa tentang masa lalu beliau yang berdansa pakai vinyl wkwkw. Aku baru tahu dari beliau juga kalau Elvis Presley dulunya sopir truk.

Dengan membayar 10 ribu, sudah bisa pilih mau memutar kaset atau vinyl. Aku kemarin mendengarkan Elvis Presley dalam albumnya, “From Elvis in Memphis”.

Toko Oen dari Mekdiii

Potret 17: Membuka Bagasi Emosional

Bisa dibilang Malang selalu membangkitkan bagasi emosional. Meskipun ngga menggebu-gebu. Di antaranya menatap Toko Oen dari kaca jendela McD. Pada akhirnya, yang terekam di kepala dan menjadi memori, begitu memiliki makna. Sewaktu-waktu dapat aku buka kembali.

Untuk segala yang tiba dan pergi, untuk segala yang memiliki rasa dan lalu menghilang, untuk memori-memori yang terekam. Untuk pengingat bahwa aku pernah bahagia, aku pernah sedih, aku pernah melalui hal-hal yang mungkin sekarang sedang aku lalui dengan tingkat yang berbeda.

21/04/2022

00:42

f.

--

--

f.
f.

No responses yet