Gadis Kretek (a comparison between novel vs series)

f.
3 min readApr 7, 2024

--

Warning: spoiler alert

Aku menton series-nya terlebih dulu sebelum membaca novelnya. Berikut yang aku perhatikan antara keduanya:

  1. Story line
  • Garis besar mirip, cuma yang kuperhatikan di versi series tuhh spice dramanya ditambahin. Ada lapisan-lapisan konflik baru yang lepas dari point utama cerita. Justru aku nangkep runtutan yang lebih jelas di novel dibanding series.

2. Tokoh Perempuan

  • Di series, perempuan dibikin menderita buanget. contohnya Rukayah yang PTSD, demensia, nggak menikah sampai tua dan Dasiyah yang PTSD juga pasca ditangkap karena terduga terlibat PKI sampai yearning berkepanjangan karena si gk jls tsb (SOERAJA) dan harus meninggal pascainfeksi. Di novel, aku justru melihat tokoh perempuan yang powerful, Dasiyah tegas, enraged karena sausnya dicuri Soeraja, membangun lagi hidupnya dengan ngelanjutin Kretek Gadis. Rukayah pun menikah, punya anak 3, dan sampai tua masih lincah. Dia bahkan sanggup ceritain masa lalu si Soeraja × Dasiyah ke Lebas, Tegar, dan Karim.

3. Posisi Perempuan

  • Di series, digambarkan pada masa itu sungguh patriarkis. Anggapan saos akan asem kalau yang bikin perempuan, Idroes yang lebih mempercayakan bikin saos ke lelaki lain dan Soeraja yang dipercaya untuk jadi mandor dan ngurus pabrik. Di novel, Idroes justru menaruh percaya ke Dasiyah. Dari remaja, Dasiyah dan Rukayah udah karib dengan urusan-urusan pabrik, bahkan Dasiyah dipercayakan untuk bikin formula saos dan diajak kerjasama dengan pemilik modal untuk bikin Kretek Gadis tanpa perlu bantuan negosiasi Soeraja seperti di series.
  • Terus, di novel tuh yang ngebawa Soerja masuk ke pabrik ya si Dasiyah karena Soeraja-nya bantu-bantu (secara random) waktu di pasar malam buka stand Kretek Gadis, bukan seperti series yang ngebawa masuk ke pabrik itu Idroes karena kasihan aja. That’s how our Dasiyah sungguh SLAYYY🫵🏼

4. PKI

  • Secara jelas di novel mampu untuk menggambarkan bagaimana keterkaitan antara Soeraja-PKI-Keluarga Idroes. Seperti kejadian pada tahun itu, yang dicap kiri bahkan cuma karena ada hubungan dengan terduga PKI dan logo warna merah pun kena juga ditahan. Hal ini nggak kudapati waktu nonton series-nya.
  • Sama seperti Pulang, Bilangan Fu, Saman, dan Amba yang tokohnya “tidak terlibat langsung” tetapi “dekat dan ideologinya mirip PKI”, novel ini juga begitu. Main aman dengan nggak bikin tokohnya itu PKI, tetapi pakai konflik ditangkep karena deket PKI. Konyol banget bjirrrr.

5. Soeraja dan Soedjagad

  • Soeraja itu juga korban dari patriarkis dan maskulinitas yang rapuh. Dia minder karena nggak punya apa-apa dan sebelumnya cuma petentang-petenteng berjiwa bebas, tapi akhirnya cinta sama Dasiyah dan diangkat untuk kerja di Pabrik Idroes. Nah karena itu dia berusaha memantaskan dirinya dengan cari modal dari PKI buat biayain pabrik kreteknya sendiri, eh karena inilah malah Idroes sama Dasiyah ikutan kena jaring. Keselnya lagi adalah, di novel ini orang sungguh cupu. Ya aku tau kalau saat itu tentu paling make sense dengan menyelamatkan diri sendiri, tapi ya tolong banget untuk tau diriii??????? Dia udah ngelamar Dasiyah plis dan CLEARLY tau bahwa Dasiyah dan Idroes udah balik dari Penjaringan, ini orang dalam pelariannya malah ke Soedjagad dan (kalau di novel) jatuh cinta sama Purwanti dan NYURI SAOSNYAAAA buat bikin kongsi berdua sama Soedjagad. Kenyataan Ini nggak kudapatkan waktu di series. Super smooth banget tuh series-nya menggambarkan Soeraja terpaksa lah, etc etc tapi tetep bikin aku marah sih.
  • Surprisingly, di novel Soedjagad ga sejahat di series loh. Kalau di series aku paling marah sama orang ini, di novel aku sangat amat pengin nonjok Soeraja.

6. POVs

  • Karena sudah nonton series-nya, membantu aku banget untuk terngiang-ngiang sama gimana tokohnya bercerita meskipun di novelnya tuh monoton. Jadi antara narasi penulis dengan narasi tokoh yang lagi cerita sebenernya ga kelihatan bedanya. Nah karena aku sudah nonton series-nya, sekalipun yang mereka ceritakan sama, memudahkanku untuk berimajinasi kalau satunya yang cerita adalah “si tokoh”.

7. Kaga fokus

  • Point plus novel: hal-hal kayak hubungan Idroes-Roemaisha-Soedjagad, brotherhood Tegar-Karim-Lebas, Dasiyah the IT GURRRLL YASSS GURLL SLAY, akan tampak jelas di novel nggak subtle seperti di series
  • Minus: Sangat disayangkan lebih nyinggung ke persaingan bisnis kretek antarkeluarga bukannya aspek sejarah kretek or budaya terkait sama kretek dan kondisi sosial pada saat itu. Jadi kretek di sini hanya kesentuh dikit sajaaa, kurang mendalam menururtu. Jadi nanggung. Lalu, iya, aku nggak ngerti fokusnya ke mana.

--

--

f.
f.

No responses yet