Kita Hanya Dipertemukan dengan Apa-Apa yang Kita Cari (katanya)

f.
2 min readMay 6, 2022

--

Saya menulis ini sambil dengerin playlist yang saya susun pagi kemarin. Akhir-akhir ini sebenarnya nggak banyak peristiwa menggemparkan yang terjadi pada saya, tetapi banyak terjadi pada tempat saya hidup. Saya menulis ini sehabis submit keperluan untuk join sebuah organisasi dan seperti pada umumnya, ada kewajiban membuat motivation letter.

ini nih yang bikin saya mikir terus dari kapan hari. saya tahu betul tujuan saya apa saja waktu awal masuk perkuliahan, tetapi, tujuan kan sifatnya fluktuatif ya…. dan yang terjadi pada saya, saya sering merumuskan ulang tujuan tersebut. Yang membikin saya khawatir, kadang tuh tujuan saya hari ke hari makin melenceng dari tujuan awal, tapi saya lagi belajar menerima bahwa nggak papa banget.

seiring dengan apa-apa yang saya konsumsi tiap hari-bacaan, tontonan, obrolan, pelajaran kuliah, dan, penerimaan saya atas apa-apa yang terjadi. saya baca kutipan “kita hanya dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari” waktu SMP dan masih nempel sampai sekarang. kadang kalau pikiran saya waras, saya akan menganggap chaos dalam proses meraih sesuatu sebagai tanda ada the greater good dan introspeksi ulang. kalau pikiran saya lagi ikut keos, saya mikirnya itu quotes nggak banget dan nggak mesti.

tapi sebenarnya benar nggak kalau kita hanya dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari? teman saya pernah bilang waktu perjalanan menuju Bromo, dia dan salah satu rekannya nyari mobil pajero yang tampak nggak pernah lewat, baru sebentar, lalu mobil pajero tersebut muncul. mungkin aja ilusi frekuensi? sebelum mengamati nggak tampak apa-apa, setelah mengamati, baru notice kalau mobil tersebut ada. seperti waktu lagi kasmaran sama orang lalu kerasanya tiba-tiba orang tersebut muncul di mana-mana, padahal ya emang kita aja yang baru notice eksistensi orang tersebut?

……………..ya itu kali ya namanya “kita hanya dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari”

saya pernah baca kata Frankl kalau tujuan itu emang sifatnya bergerak/fluktuatif, jadi bisa aja nggak sama terus dari waktu ke waktu. kalau menurut saya, bahkan orang yang bilang nggak punya tujuan pun sebenarnya punya tujuan, yang akan membawanya ke “apa-apa yang ia cari”. dan tujuan itu, kata Frankl lagi, can bear almost any how.

tujuan ini, mengakar kuat, di mana saya merasa paling hidup ketika mengerjakannya, mengandung harapan-harapan yang memang masih samar, tapi tetap ada.

itu kalau tujuan jangka panjang dan banyak rencana. tetapi dalam pelaksanaannya, ada banyak tujuan-tujuan kecil untuk menuju ke sana. nah, itu,,,,, tujuan yang kadang saya kesampingkan dan salah kira wkwkwkw. padahal ya memang menuju ke sana. tapi nggak sekarang aja, tapi nggak semulus yang di kepala aja.

but still, saya dipertemukan dengan apa-apa yang saya cari. saya meletakkan diri saya berada di jalan menuju ke “sana” meskipun kadang nggak persis.

07/05/2022

3.49 am

f.

--

--

f.
f.

No responses yet