Apa bedanya tiga hal tersebut ya…coba kamu googling pake kata asalnya. Sunyi, sepi, dan kosong.
Kalau sudah dibedakan secara literal, apa kamu juga ngebedain menurut apa yang kamu rasain? Atau pakai definisi yang sering disebut-sebut dalam puisi secara metaforis? Aku nggak mau ngomongin itu sih. Aku cuma mau ngoceh aja sebetulnya.
Kemarin aku baca sebuah tulisan, katanya, menjadi dewasa berarti jauh lebih akrab dengan kesepian. Seperti perasaan sepi yang hadir setelah selebrasi ulang tahun teman, proker organisasi yang sudah kelar, seperti pulang kuliah ke kamar kos 3x3 yang hanya dihuni seorang diri. Ngga jarang, perasaan sepi itu ada bersamaan dengan kelegaan karena sudah selesai, ga jarang juga, perasaan itu dibersamai dengan kekosongan.
Waktu SD/SMP/SMA, wejangan yang sering kudengar adalah untuk terus belajar, menambah relasi, dan percaya kalau kita bisa meraih apa-apa yang mau kita raih. Dan benar kata tulisan yang kubaca tempo hari, ngga pernah ada yang bilang padaku kalau aku harus berdamai dengan kesunyian, kadang kesepian, dan rasa kosong setelah huru-hara sepenuhnya. Ngga ada yang bilang kalau aku juga akan sering nangis sendirian di kamar dan itu nggak papa banget men untuk menangiss, lalu ngga ada yang bilang dalam satu tujuan ke tujuan lain, dari proses satu ke proses kedua, teramat melelahkan.
Gembira, lelah, agitasi, yearning, lari dengan harapan bisa lupa sama apa yang lagi terjadi, terus balik kos beneran rasanya kosong, nggak lama setelah itu tetep kepikiran lagi karena root cause-nya belum kuselesaikan. Terbukanya lapisan-lapisan diriku dalam menyikapi hal-hal baru, dan aku bersyukur untuk itu.
Cokipku tadi baru saja nge-live dan rupanyan dia juga merasakan hal yang sama, rasa sepi dan kosong setelah konser yang woke. Aku sepakat dengan pernyataannya bahwa he lives an interesting life. terus dia jugaa kemarin bilang kalau dia ditanya seseorang apakah dia happy? dia mikir agak lama, bingung jawabnya, si penanya itu pun jawab kalauu temuin hal-hal entah itu kecil/besar yang bikin happy. turns out dia pun nge-list kalau dirinya diberi kesehatan, bisa manggung bareng member, makan kimchi jiggae, bikin lagu bareng Deez Hyung, minum wine yang mantep. Alias banyak ternyata men yang bikin happy.
Aku awalnya sangsi dengan cara itu meskipun kalau temenku sedang KM tetep kusaranin hal yg sama sih...tapi kupikir-pikir lagi, mungkin emang dengan begitu aku lebih mindful...aku lebih aware dengan apa-apa yang terjadi ke aku dan bukan hanya memandang apa yang terjadi sekarang yang bikin sedih-sedih aja, kalauu aku manusia yang udah melewati peristiwa2 baik dari bari kemarin, minggu lalu, bulan lalu, dan hari ini.
Teruus, aku juga baca cerita judulnya A untuk Amanda. Si Amanda ini depresi meskipun sebetulnya hidupnya tampak baik-baik aja. Dia rapornya straight A, organisasi komputernya mantep, pacaranya manis banget. Lantas apa dia ga pantas buat depresi? Tapi apa depresi nunggu pantas engganya seseorang? Ga juga. Si Amanda mikirnya dirinya membohongi semua orang, kalau yang dia dapetin itu cuma keberuntungan, sampai akhirnya takut banget untuk salah, takut buat nyoba, takut buat meelangkah. Padahal ya sebenarnya dia belajar keras banget untuk meraih itu, akhirnya ke psikiater, dia didengerin setelah selama ini ngga ada yang mau dengerin dia (dianggep sebabnya adalah dia atheis) dan dikasih peer untuk ITUUUU nge-list hal-hal yang bikin seneng, bikin skala gimana ekspektasi kebahagiaan yang dia dapetin atas sesuatu dan realitasnya, dan kalau pake terapi dah ngga mempan, baru pakai anti depressants. Di sini aku memandang Amanda keren banget……… dan begitu yah ternyata gambaran ke psikiater. Dan gimana sii efek antidepressants itu.
Oke aku juga mau nge-list yang bikin aku seneng akhir-akhir ini adalah aku akhirnya pulang ke rumah (baik fisik maupun pikiran), makan sop buntut, nontonin cokip-cokipkuuuu, dan baca cerita. Kamu apa?
P.s: lagu cokip yang lagi kusuka banget
- Dive into you
- Walk you home
- My youth
F.
19/04/2023