Mungkin

f.
2 min readJul 5, 2024

--

ada hal-hal yang baru-baru ini aku coba mengerti, seperti efek habis minum kopi yang bikin palpitasi, overthinking, dan mual. seperti rasa mau lari dari apa-apa yang sedang mengada, seperti menggelapnya pikiran tiba-tiba dari bangun tidur sampai tengah malam dan menghilangkan keinginan untuk mengada, seperti ramainya pikiran yang langsung ter-shut down pukul sebelas, sunyi tanpa aba-aba. seperti kesepian di perjalanan penemuan-penemuan kecil tentang diri sendiri yang personal, sepi tapi kadang senang. seperti habis mengumpulkan revisian skripsi entah keberapa kali dan berapa kali lagi, seperti naik surabaya bus dari satu halte dan ikutin rute sampai balik halte itu lagi, seperti ketika tiba-tiba ingin ketemu yang sudah tidak mungkin mengada, seperti perasaan bingung tentang hari akhir dan konsepsi surga-neraka, seperti percayanya aku pada probabilitas bertemu kembali sekalipun nanti melihatmu kembali muda karena kita di umur yang sama. seperti wangi habis hujan khususnya di pagi hari, seperti tiba-tiba terbangun pukul tiga dan tiba-tiba juga hujan. seperti mendengarkan lagu bayangkan jika kita tidak menyerah milik hindia terus keinginan untuk mengada dan menghidupi hidup jadi ada. seperti geramnya mengetahui fakta perempuan lagi-lagi paling rentan akan konstruksi sosial, seperti marahnya mengingat kesenjangan sosial dan nggak bisa melakukan apa-apa, seperti duduk dengan semangkuk ramen di dalam pasar keputran dan senang ngelihat pasutri membangun kecil-kecil mimpi kedai ramennya. seperti rasanya hidup jadi auto pilot mengikuti jadwal akademia dan lupa nulis-nulis lucu, seperti rasanya kembali muda dan menyenangkan waktu menemukan editan filem kesukaan, seperti kelegaan sehabis brain dumping di jurnal, tumblr, dan medium. seperti rasanya keheranan karena lagu yang dulu signifikan menjadi insignifikan dan nggak ngena, seperti mencoba kasmaran tapi nggak bisa, seperti pada akhirnya aku hanya memahami seseorang beberapa irisan dirinya saja, dan itu nggak papa. seperti halnya tidak ada yang bisa mengerti seluruhku, dan tentu saja itu enggak apa-apa. seperti rasanya mikirin sudah seberapa signifikan diriku atau irisan-irisan diriku terhadap hidup orang lain, seperti nggak jadi kebingungan karena beberapa hal adalah relativitas, termasuk kebermaknaan diri kita untuk orang lain. mungkin, aku akan makin terbiasa mengerti bahwa kontradiksi-kontradiksi itu akan selalu ada atau bahkan melekat seperti koin. tinggal dibalik.

--

--

f.
f.

No responses yet