nulis

f.
4 min readAug 8, 2024

--

aku mau cerita tentang menulis. seingatku, sedari kecil aku selalu memiliki urgensi untuk menulis. sebelum masuk TK, aku lebih dulu belajar menulis dan membaca bareng mamaku. masih kuingat bagaimana cara mamaku ngajarin aku. bukan pakai poster-poster menarik untuk alphabet atau buku print-out cakep berwarna. mamaku pakai buku folio yang gede dan modelnya ibu-ibu banget itu, biasanya buat arisan. kemudian, dari hari ke hari, mamaku akan secara berkala nulis sendiri di situ. dari alphabet, syllable, sampai satu kata, dua kata, kemudian satu kalimat. DIY banget wkwkk. juga kadang-kadang bikin titik-titik untuk aku hubungkan, nanti membentuk huruf. waktu TK, “jurnal” pertamaku adalah buku tulis sidu. masih kuingat beberapa kalimat yang kutuliskan, seperti perjanjian masa mamaku kalau dibelikan plastisin di toko maria dan perjanjian untuk ngga melakukan sesuatu wkwkwk gabisa kubilang sesuatu itu apa.

masa SD, aku mulai punya jurnal sungguhan, buku diary. cover-nya biru dilengkapi dengan kunci yang hanya bisa dibuka oleh aku. aku yakin sih pada saat itu aku udah ngenal konsep privacy jadi gaada yang boleh buka diary itu. nah, di masa inilah aku mulai mengerti juga bahwa aku butuh menulis untuk merilis apa-apa yang gabisa kuungkapkan secara langsung. somehow aku mikir kalau kebiasaan ini juga terbentuk karena aku sering kesusahan dalam ngobrolin sesuatu yang aku rasa dan pikirkan. sampai sekarang juga masih seperti itu, aku prefer media tulis. aku ingat juga waktu SD mulai baca cerbung idola cilik terus bikin blog buat nampung tulisanku. kocak abis.

SMP aku kepengaruh banget sama tokoh sentral dalam buku Klandestin, Nirbita Arunika dan Nala Anarki. Nirbita dalam cerita tersebut adalah mahasiswi sasindo, sedangkan Nala adalah mahasiswa ilpol. keduanya gemar menulis dan tulisan tersebut adalah kekuatan. aku mulai kenal nama Pramoedya Ananta Toer dan fakta bahwa Pram pernah dipenjara karena tulisannya berbahaya buat pemerintah. Akhirnya aku ngulik Pram dan baca kutipan-kutipannya, salah satu yang ngena adalah kutipan dalam Bumi Manusia, kalimat Nyai Ontosoroh kepada Minke.

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”

pikirku, wah iya juga yah. cerita rakyat tuh gatau siapa penulis awalnya, tulisan-tulisan ilmuwan yang terus diregenerasi oleh peneliti-peneliti, dan kitab suci. Al-Quran juga punya sejarah dalam penurunannya dan bagaimana diabadikan dalam tulisan.

masa SMP itu mulailah aku baca-baca buku sastraagghhhh itu dan suka sama puisi. dulu SD aku sudah suka baca buku, tapi benci puisi karena bagiku lebay. BOCAH NGAWUR EMANG padahal mah gaada yang salah juga untuk menjadi lebay…. Awalnya tuh gara-gara waktu pelajaran Bahasa Indonesia pasti dicontohkannya cara baca puisi yang teatrikal dan puisi yang dipilih adalah puisi yang banyak diksi, rima, dan multitafsir. barulah SMP aku baca puisi-puisi yang pakai bahasa sehari-hari, dengan cara baca yang boleh loh kalau ga pake suara bulet. jadi, aku mulai nulis puisi dan ber-draft-draft plot cerita yang belum terselesaikan sampai sekarang.

kayaknya yah, masa SMP nih krusial banget untuk pijakanku dalam menavigasi bagaimana aku menulis. waktu SMP juga, aku ketemu aplikasi namanya Tumblr. ketemulah aku sama blog-nya Rara Sekar dan Ben Laksana. isinya mostly personal, tapi aku betah-betah aja membacanya. pikirku, KOK NGENA YA. terus aku jadi suka deh baca blog personalnya orang-orang.

Sejak baca tumblr-nya Rara dan Ben, aku jadi sering membaca cerita orang melalui blog pribadinya atau yang lebih singkat melalui caption panjang si unggahan instagram. mana sering banget secara kebetulan ketemu tulisan orang random, yang kuyakini dia menuliskannya baut dirinya sendiri. Tulisannya sering berisi case yang jauh beda dengan yang kualami, tapi jadi refleksi juga buatku. terus bisa bikin aku menulis. kuingat-ingat lagi iya sih beberapa tulisanku, yang menggerakkan aku untuk menulis ya tulisan refleksi seseorang akan cerita hidupnya. pakai bahasa sehari-hari dan personal.

saat aku merasa kebingungan dan gatau harus tanya ke siapa, salah satu cara mengatasinya selain mikir sendiri adalah baca tulisan orang random. seriusan. beberapa kali aku terbantu karena tulisan orang-orang random itu. begitu juga saat resah, saat-saat di mana kepala penuh banget tapi entah kenapa ga bisa nulis. hzmzm rasanya seperti dimengerti sih waktu baca tulisan orang terus kok ngena dan pas yah sama apa yang lagi aku alami.

menulis menjadi sesuatu yang bertujuan untuk personal saja sampai aku menyadari bahwa menulis tuh lebih dari coret-coret di jurnal. menulis adalah sarana buat menyebarkan ilmu untuk orang lain dan diwariskan untuk generasi mendatang. membekukan memori. saking empowering-nya, sebuah tulisan bahkan bisa bikin seseorang dipenjara, seperti Pram. juga, karena proses regenerasi pengetahuan itu, sebuah tulisan bisa memantik seseorang lain untuk menulis. :D

nah, problem-ku dalam menulis adalah, diri sendiri. aku sadar bahwa aku adalah kritikus nomor satu diriku sendiri. terbekatilah draft-draft numpuk yang kadang cuma judul tok, kadang cuma ide sekalimat, kadang udah hampir utuh, tapi ga memuaskan. akhirnya ga dilanjutkan wkwkw. beberapa kali juga aku mengutuk diri sendiri karena udah menulis sesuatu yang bikin merinding geli tapi yaudah si men namanya juga belajar. ga harus sempurna. ini nih, tendensi buat jadi sempurna yang bikin aku jadi ga ngapa-ngapain seringnya.

makanya aku senang bikin medium ini….kuperlakukan dia seperti wahana bermain dan belajar aja, safe space. kalau misal kuanggap layak dibaca lebih banyak orang, akan aku share ke platform lain. kalau kuanggap ytta ya gaakan aku share. mostly tulisan ytta ditulis dalam lowercase #merunduk. awalnya sih medium-ku ingin kuisi dengan tulisan-tulisan serius, tapi makin ke sini aku makin membebaskan diriku sendiri dalam menulis di medium ini. dan ternyata enak begitu sih.

jam tidur nih kenapa selalu ga bener deh kalau liburan.

f

5.10am

9/08/2024

--

--

f.
f.

No responses yet