Rangkuman Buku-Buku

f.
4 min readAug 25, 2022

--

dokumentasi pribadi saat di Artjog

“Because what matters is not that they stay. They will leave something very valuable when they leave. Reading a book means I always learn something from them, finishing a book is how they leave, and my act of letting go is the act of making a summary from the book I’ve read”
-excerpts from kak Erik’s medium.

Dua dekade ini, yang aku sadari sudah ada “tiga” buku yang aku baca dan berpengaruh signifikan. Seperti kata kak Erik yang aku kutip, membuat catatan mengenai ketiga buku tersebut, adalah upayaku untuk membangun kembali aku. Beberapa waktu lalu, aku beneran mengalami the sense of closure, yang ternyata merupakan persoalan aku dengan aku. Diingat-ingat lagi pasti geli, tapi nggak apa-apa. Aku mau menulis dengan bebas, sama halnya dengan bagaimana aku memulai dan membaca buku-buku itu dengan bebas. Mungkin kalau case-nya di aku, nggak harus falling in love untuk seseorang itu memberi pengaruh signifikan. Seperti ketiga buku ini.

1. Buku yang pertama adalah buku yang sering kulupakan, tetapi menjadi konstanta yang selalu ada hingga sekarang. Ya, belum tutup buku sepertinya. Lebih ke apabila aku ingat dan butuh, maka buku itu ada untuk mengingatkan.

Seseorang random dulu waktu aku di SMP kelas 2 pernah bilang kepadaku, tepatnya, mengirimkan aku direct message (masih ada screenshot-nya), bahwa dia mendoakanku agar aku jadi novelis. Doa yang saat itu aku aamiin-kan. Tulisan ini aku tujukan untukmu. Kayaknya kamu nggak ingat karena emang pada dasarnya emang ngga seintens itu untuk saling memberi kabar.

Waktu aku menulis ini, satu jam sebelum aku berumur 20 tahun. Apa kamu tahu kalau impian itu selalu ada dan selalu kuupayakan tapi masih juga susaaah sekali untuk menghasilkan satu draft utuh berisi cerita yang utuh pula?

Impian itu kenapa rasanya sekarang sangat utopis? Aku ngga pernah ngerasa puas. Tapi rasanya sekarang masih susah juga untuk melepaskan mimpi itu. Karena aku tahu, karena aku menyimpan semoga.

Kamu juga mendoakanku untuk menjadi (redacted), kamu tahu kan sekarang aku mengambil studi itu? Mungkin kamu nggak tahu, tapi keren juga the power of manifesting…..

Tulisan ini aku tujukan untuk kamu. Seberapa jauh pun kita, entah kenapa kamu selalu ada? Nggak tahu ya, mungkin aku aja yang merasa, tapi beneran. Yah meskipun aku seringnya geli sendiri ya wakkkk wkwkwkwkw.

Melalui tulisan ini kayaknya aku sekaligus minta maaf sama diriku sendiri kalau lagi buntuk mau nulis cerita apa…….SUSAH TERNYATA NULIS FIKSI WKWKKWWKW.

2. Buku kedua, serba fiksi dan breaking the system. Namanya Nala Anarki, aku membacanya waktu SMP dari wattpad Klandestin karya Kak Lovita. Melalui membaca Nala, aku jadi mengenal sedikit mengenai isu-isu sosial yang selama ini nggak diajarkan di buku sekolah, jadi ikut membaca karya Pram, sejarah yang diselewengkan, ketidakadilan yang ada di depan mata, dan aku jadi dengerin Payung Teduh dan Silampukau yang ternyata cocok di telingaku. Sekalipun dia fiksi, pengaruhnya signif dan membentuk aku sampai sekarang. Secara tidak langsung dengan mengenal Nala, aku juga menentukan lokasi kuliahku akan di mana (kejadian beneran).

Karena itu, aku mau berterima kasih ke Nala Anarki, mungkin kalau nggak ketemu kamu di Klandestin aku gaakan kenal Payung Teduh dan Silampukau, ngga tergerak baca buku Pram waktu SMP, ngga setertarik itu sama sastra, isu sosial budaya, dan makasih sudah bikin w iseng pengen kuliah di Surabaya.

3. Ketiga, dia adalah manusia beneran, tetapi bagiku sangat fiksi.

Untukku, kamu menarik ya karena, the things that make you tick and the things that make you burn. Kecintaanmu untuk mengerti hidup melalui mengerti diri sendiri lebih dahulu. How you manage yourself to look deeply on yourself before anybody else. Bahwa dalam proses itu, nggak apa-apa banget untuk nggak linear.

Akhir-akhir ini, keadaan membawaku dengan frekuensi lebih di dalam “perjalanan”. Dua kali seminggu ke luar kota dan minimal dua kali sehari ke luar kamar kos. Dari perjalanan yang supersingkat seperti beli bakso buat makan siang di gang sebelah, hingga perjalanan di dalam kereta. Dan di antara rentang waktu itu, aku lebih melebur dengan diriku atau kadang malah aku merasa teramat jauh dari diriku.

Di perjalanan, kadang aku bengong aja lihatin sisi Surabaya yang ketutupan megahnya gedung-gedung dan café instagrammable, di kos, aku lebih bisa vulnerable. Nah, sisi ini juga baru kutumbuhkan karena baca-baca tulisanmu.

Aku tetap senang dengan buku ini karena sangat chill dan kutemukan saat diriku berada di titik yang gak keren banget. Lagi keos. Real. Melalui buku ini, aku banyak memikirkan tentang diri, tentang bagaimana kita nggak bisa menolong orang lain kalau nggak menolong diri sendiri terlebih dulu, tentang bagaimana setiap orang pasti punya ceritanya sendiri. Melalui buku ini, aku menemukan kesadaran-kesadaran baru dan banyak menulis.

List dari buku-buku ini kayaknya akan terus berlanjut wkwkwk.

Buat ketiga buku yang udah aku baca; terima kasih untuk presensi.

25/08/2022

12.44

f.

--

--

f.
f.

No responses yet