sebelum aku kenal puisinya jokpin, aku selalu menganggap bahwa puisi harus pakai kata-kata fancy yang hanya sedikit orang mengerti. Aku berusaha bikin puisi dari tempel kata-kata yang harus buka kamus tiap kali membacanya, sampai akhirnya aku ketemu puisi-puisi jokpin. yang bebas dan lugas, yang nyeleneh dan ngena, yang pakai kata-kata biasa aja, tapi bermakna. dari situ aku langsung suka. ini jauh lebih bisa kumengerti dan bikin bengong bukan karena nggak paham, tapi karena heran kok bisa menjahit kata-kata sehari-hari dan menjalinnya menjadi puisi yang menghidupkan bahasa? dibandingkan dengan pakai kata-kata yang ketika ditempel jadi sekadar tempelan beneran. kurang bisa aku maknai.
dulu aku bilang ke diri sendiri kalau akan ketemu sapardi, jokpin, ari reda, bung soes, silampukau, dan orang-orang yang kuanggap keren suatu hari nanti. dan sambil waktu bergulir, ternyata dia nggak nunggu siapa pun. sapardi, setengah dari ari reda, dan kini jokpin, sudah menjelma abadi. dan aku bergeming sekali lagi. bahwa waktu tidak pernah menunggu siapa pun.
Thank you, jokpin. puisi-puisimu jadi perjalananku ketemu dengan diri sendiri, merenungi agama dan Tuhan, hubungan dengan orang-orang, melihat jogja dari sudut pandang sentimentil, dan perjalananku nyaman dengan bahasaku. swargi langgeng.