— buat…, dan nyala harapan di sepanjang hidupnya.
Seorang anak dalam kepalanya digilas habis tentang adanya harapan. Kepalanya menengadah, api berkelip berkelindan di pertunjukan, berbeda dengan nyala kompor ibunya. Kamu membangun harapan.
Seseorang itu beranjak remaja dan kutemui saat dewasa. Gelora meredup dalam serial hidupnya. Duri mawar di kerontang kemarau melukis petak-petak kulitnya, melukai, mendarah. Kamu membongkar harapan.
Hujan membasuh dirinya sesekali, serial hidup menjadi hal yang tak terhindari, tetapi disadari. Pertunjukan api kembali dilanjutkan, kini ia sendiri menjadi pemain. Harapan kembali dibangun.
Sebabnya kamu menyusun musik-musik untuk dimainkan menemani langkah, tawa, dan tangis.
Sebabnya kamu menulis. Untuk selalu menyalakan harapan pada seisi dirimu dan meraung terang ke sekitarmu.