Juni yang terpatri di kepalaku mulanya adalah Juni yang hujan milik Sapardi. Tetapi kini sepertinya mulai kutemui Juni yang lain. Juni yang penuh dengan matahari. Lucunya, aku bertemu dengannya di musim hujan bulan Desember. Namanya berisi matahari begitu pula jiwanya (sepertinya, semoga). Desember yang hujan dan biasanya berisi nyanyian Efek Rumah Kaca, hari itu alih-alih galau, aku justru ketawa banget karena nonton video lawak. Lalu aku bertemu kamu, seperti yang kubilang di awal.
Kuperhatikan lagi, selain bakat ngelawak kamu juga bakat bikin orang nyaman, kamu nggak masalah dalam memberi afeksi, kamu nggak masalah dalam nunjukin sisi vulnerable milikmu. Kamu juga berbakat dalam nyanyi, flawless waktu joget, passionate dalam ngejalanin hal-hal yang kamu sukai, dan memastikan kamu berada di jalan itu, ya, ngelakuin hal-hal yang kamu sukai. Dengan sepenuh hati. Dengan menaruh usaha yang kita nggak tahu seberapa keras tapi kita yakit kamu sangat amat mengusahakan itu (hence kita bisa mengenal kamu yang sekarang).
Matahari tetap tunggal, begitu pula dirimu. Ia tidak pernah merasa bersalah jika pada malam hari kita manusia di belahan bumi yang lain ada yang tidak bertemu sinarnya. Begitu pula yang kuharap darimu. Tidak merasa bersalah untuk sebentar tidak hadir walau nyatanya kamu tetap ada. Parasocial interaction kali ini, aku sama sekali tidak masalah. Aku melihatmu sebagai sosok yang begitu mantep. Masa di Desember lalu semua video lawak yang kutonton isinya kamu lalu di Januari ini aku nonton video “To Us” dan “To You” kamu begitu sincere dalam bilang sesuatu ke orang yang kamu sayang lalu aku ga ketawa sama sekali tapi SENYUM.
Please take care of yourself.
Kuambil dari lirik “Bungsu” milik Kunto Aji,
“Sebelum kau menjaga, merawat, melindungi, segala yang berarti, yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri.”
— woodypeony, 09/01/2023.